INFORMASI PUBLIK

Menteri PPPA Bangga Para Relawan Sahabat Perempuan dan Anak Berhasil Mendukung Terwujudnya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak

Siaran Pers Nomor: B-445/SETMEN/HM.02.04/11/2023

 

Bali (24/11) –  Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengadakan Bimbingan Teknis bagi para Relawan SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak) yang berasal dari 33 provinsi. Para relawan SAPA adalah masyarakat penggerak yang direkrut dari 138 desa/kelurahan model DRPPA di 33 provinsi dan 67 kabupaten/kota untuk mendukung program Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak (D/KRPPA). Sejak D/KRPPA dikembangkan mulai tahun 2021, relawan SAPA kini telah berjumlah hingga 1.380 relawan. Mereka telah bekerja secara sukarela dan penuh antusias membangun desa/kelurahan mereka menjadi desa/kelurahan yang memberdayakan perempuan dan aman ditempati oleh anak-anak.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada para Relawan SAPA yang sejak tahun 2021 sudah berjuang keras untuk bisa mewujudkan desa/kelurahan tempat tinggal masing-masing menjadi Desa/Kelurahan Ramah Perempuan dan Peduli Anak. Desa/Kelurahan harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakatnya, khususnya perempuan dan anak. Kegiatan Bimtek ini adalah bentuk apresiasi kami kepada para Relawan SAPA yang sudah bekerja keras sebagai ujung tombak kami di akar rumput. Meski baru 2 tahun, program D/KRPPA ini sudah memunculkan hasil yang bermanfaat. Kita sudah mulai melihat para perempuan berani berpendapat, berani berkompetisi dalam pemilihan kepala desa, anak-anak mulai paham bentuk-bentuk kekerasan dan perempuan juga mulai memiliki usaha kecil dan memiliki penghasilan,” tutur Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga saat membuka Bimtek SAPA yang diselenggarakan di Ungasan, Bali pada 24-27 November.

D/KRPPA adalah salah satu upaya untuk bisa mewujudkan 5 Arahan Presiden, yakni (1) peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender, (2) peningkatan peran ibu dan keluarga dalam pendidikan dan pengasuhan anak, (3) penurunan kekerasan terhadap perempuan dan anak, (4) penurunan pekerja anak, dan (5) pencegahan perkawinan anak. Implementasi D/KRPPA menurut Menteri PPPA sangat bergantung pada keterlibatan masyarakat yang merupakan modal sosial. Untuk itu Kemen PPPA juga telah melakukan berbagai kegiatan untuk mendorong gerakan masyarakat di desa/kelurahan, melalui Gerakan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA).

“Relawan SAPA menjadi salah satu komponen penting dalam menggerakkan, mengorganisir, dan mengoordinasikan gerakan SAPA. Untuk membekali para relawan, Kemen PPPA juga dibantu oleh Dinas Pengampu PPPA, Kepala Desa dan aparat desa/kelurahan, para fasilitator nasional dan fasilitator daerah,dan juga bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat. Para relawan ini aktif mendampingi masyarakat. Diharapkan setiap lapisan masyarakat di desa/kelurahan dan perangkat desa/kelurahan memiliki kemauan dan membangun komitmen bersama mewujudkan sistem pembangunan dan pemerintahan desa/kelurahan yang ramah perempuan dan peduli anak,” tutur Menteri PPPA.

Menteri PPPA berharap melalui kegiatan bimtek ini, para relawan SAPA mendapatkan banyak ilmu dan manfaat yang bisa ditularkan ke warga di desa/kelurahan dan berdampak juga pada upaya mempercepat terwujudnya D/KRPPA.

“Sosialisasi pencegahan kekerasan, baik kekerasan fisik, kekerasan seksual dan jenis kekerasan lainnya harus terus menerus dilakukan. Kadang korban tidak sadar kalau mereka ternyata menjadi korban. Kita sudah memiliki Layanan SAPA129 yang sudah terintegrasi di 34 provinsi. Dengan adanya Aplikasi SAPA 129 akan mendukung perempuan di desa/kelurahan untuk berani melapor. Sepanjang korban kekerasan di dalam rumah tangga misalnya tidak berani melapor maka kasus kekerasan akan terus berulang terjadi. Saya bangga para relawan SAPA aktif melakukan sosialisasi 5 Arahan Presiden di setiap kesempatan, seperti di posyandu, kegiatan PKK bahkan ada yang berani melakukan sosialisasi kesehatan reproduksi saat ada sunatan massal. Dan, jangan lupa kepada ibu-ibu yang bisa menghasilkan penghasilan sendiri dari usaha kecilya, harus berani memperkenalkan diri sebagai pengusaha. Harus percaya diri bahwa ibu-ibu itu adalah perempuan berdaya dan mandiri,” tegas Menteri PPPA.

Beberapa relawan SAPA ada yang sebelumnya sudah bergabung dalam berbagai program binaan, namun ada pula yang baru tertarik terjun bergabung menjadi relawan setelah melihat 10 indikator yang di dalamnya terdapat isu untuk memberdayakan perempuan di desa/kelurahan dan isu utama untuk tumbuh kembang dan perlindungan anak.

“Sejak bergabung menjadi relawan SAPA, saya menjadi lebih percaya diri untuk tampil, menyuarakan pendapat, memiliki ketrampilan baru yang akhirnya saya bisa punya penghasilan sendiri. Dengan berbekal pengetahuan tentang hak anak, saya bersama relawan lainnya secara rutin melakukan sosialisasi pencegahan narkoba dan kerjasama dengan BKKBN di daerah melakukan edukasi ke pelajar agar tidak melakukan perkawinan di usia anak. Saya juga ke sekolah dasar bertemu guru dan anak-anak, memberi sosialisasi pencegahan kekerasan fisik dan kekerasan seksual di sekolah. Kegiatan ini saya lakukan sambil tetap berjualan kue dan belajar memanfaatkan limbah rumah tangga” ujar Saniati, relawan SAPA asal Desa Sempor, Purbalingga, Jawa Tengah.

“Saya sehari-harinya adalah buruh tani. Di desa saya banyak ikut organisasi seperti PEKKA dan sekarang juga bergabung sebagai relawan SAPA. Saya banyak dapat pengetahuan baru untuk bisa mengembangkan usaha kecil bagi perempuan di desa/kelurahan. Sudah bisa kelola usaha sendiri, punya penghasilan sendiri. Kami mulai budidaya buah tin dan anggur. Saya dan warga desa berharap suatu saat nanti desa kami bisa menjadi desa agrowisata,”ujar Julianti, warga Desa Jenggala, Nusa Tenggara Barat.

“Dulu, di desa saya, banyak kasus pelecehan seksual terhadap perempuan dan anak. Perkawinan usia anak juga banyak. Ibu-ibu kurang paham tanggungjawabnya sebagai perempuan sementara anak-anak juga tidak paham hak-hak dan kewajiban mereka. Ketika akhirnya desa saya dijadikan desa model D/KRPPA, saya mulai bergabung jadi relawan SAPA. Dapat banyak pelatihan dan pengetahuan baru dari para fasilitator. Alhamdulillah, sudah 2 tahun ini di desa kami tidak ada lagi perkawinan usia anak. Anak-anak mulai suka baca buku, ada pengetahuan literasi digital sehingga anak-anak bisa menggunakan internet dengan baik dan positif dan tidak kecanduan gadget. Ibu-ibu di desa juga dilatih memanfaatkan limbah minyak goreng bekas," ujar Hairia dari Desa Kou,Maluku Utara.

Pada kegiatan bimtek ini, Kemen PPPA dibantu oleh tim Aisyiyah dari organisasi perempuan Muhammadiyah yang memberikan pengayaan materi isu perempuan dan anak.

“Tugas para relawan SAPA ini berat. Itu sebabnya tim dari Aisyiyah dan juga tim dari Inspirit akan membekali dengan materi pengenalan kekuatan diri, belajar membangun kekuatan kelompok, saling bercerita tentang perubahan dan dampak kegiatan mereka di desa sekaligus mengajak mereka untuk membangun impian di tahun 2030. Indonesia bertekat mewujudkan Indonesia Layak Anak tahun 2030,” ungkap Hening Purwanti Parlan dari Aisyiyah.

Pj.Gubernur Bali yang dalam hal ini diwakili oleh Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Bali, Luh Ayu Aryani mengucapkan terima kasih atas terpilihnya Bali sebagai tuan rumah penyelenggaraan Bimtek. Provinsi Bali mendukung sepenuhnya program D/KRPPA yang memiliki manfaat dan dampak positif yang dibutikan dengan telah banyaknya desa/kelurahan yang mengembangkan D/KRPPA secara mandiri.

 


 

BIRO HUKUM DAN HUMAS

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

DAN PERLINDUNGAN ANAK

Telp.& Fax (021) 3448510

e-mail : humas@kemenpppa.go.id

website : www.kemenpppa.go.id