Kemen PPPA Luncurkan Pelatihan Kewirausahaan dan Kepemimpinan Perempuan Perdesaan, Dorong Terwujudnya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak
Siaran Pers Nomor: B- 275 /SETMEN/HM.02.04/08/2021
Jakarta (05/08) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga meluncurkan program Pelatihan Kewirausahaan Berspektif Gender bagi Perempuan Rentan dan Program Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Perdesaan. Kedua jenis pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat pemberdayaan ekonomi perempuan rentan dan meningkatkan potensi perempuan dalam kepemimpinan, khususnya perempuan di perdesaan, sekaligus untuk mendukung terwujudnya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).
“Terwujudnya ketahanan ekonomi perempuan merupakan hulu dari berbagai permasalahan yang terjadi pada perempuan. Ketidakberdayaan mereka secara ekonomi menjadi salah satu akar masalah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak, perdagangan orang, perkawinan anak, hingga pekerja anak,” ujar Menteri Bintang dalam acara Peluncuran Pelatihan Kewirausahaan Berspektif Gender Bagi Perempuan Rentan dan Kepemimpinan Perempuan Perdesaan yang dilaksanakan secara virtual.
Hingga saat ini, budaya patriarki masih langgeng di masyarakat dan menjadi akar dari ketidaksetaraan. Menteri Bintang menilai budaya patriarki telah mempersempit akses perempuan untuk ikut berperan maupun menikmati hasil pembangunan. “Proses-proses pengambilan keputusan juga belum semuanya berperspektif gender, sehingga kebutuhan perempuan kerap tidak terakomodir,” tambah Menteri Bintang.
Menteri Bintang mengharapkan perempuan mampu menjadi advokat terbaik bagi diri dan kaumnya sendiri. “Potensi perempuan untuk menjadi pemimpin harus dapat didukung, untuk mempersempit, bahkan menutup jurang ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.
Untuk itu, berbagai upaya pemberdayaan perempuan dalam ekonomi dan dukungan terhadap potensi kepemimpinan perempuan harus terus digelorakan untuk mengantar kita semua mencapai pembangunan yang setara, adil, dan sejahtera. “Mari kita terus mengawal, melakukan kontrol, dan mengevaluasi program pelatihan ini, demi tercapainya target dan kesuksesan bersama untuk memajukan perempuan di seluruh Indonesia,” tutup Menteri Bintang.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kemen PPPA, Lenny N Rosalin mengungkapkan Pelatihan Kewirausahaan Berperspektif Gender bagi Perempuan Rentan dan Pelatihan Kepemimpinan Perempuan Perdesaan bertujuan tidak hanya untuk mengatasi kerentanan perempuan terutama akibat pandemi Covid-19, namun juga diharapkan dapat membuat perempuan bangkit dan berdaya, sehingga berdampak positif baik bagi dirinya, keluarga, masyarakat maupun bangsa,” terang Lenny.
Pelatihan kewirausahaan dan kepemimpinan perempuan turut mendukung terwujudnya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak. Mengingat 43% jumlah perempuan dan anak di Indonesia tinggal di Desa, Kemen PPPA terus berupaya agar pelatihan ini dapat direplikasi di daerah lainnya. “Jika model pelatihan ini dapat dilaksanakan dengan optimal, pemerintah daerah bisa mereplikasinya dengan menggandeng semua pemangku kepentingan terkait, seperti dunia usaha dan lembaga masyarakat di akar rumput. Kedua jenis pelatihan ini dilakukan juga untuk mendorong terwujudnya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA), yang tahun depan akan dirintis di 33 provinsi (kecuali DKI Jakarta karena tidak memiliki desa),” ungkap Lenny.
Pelatihan Kewirausahaan dan Kepemimpinan Perempuan merupakan hasil kerjasama Kemen PPPA bersama mitra lembaga masyarakat yang selama ini telah mendampingi perempuan di akar rumput, yaitu KAPAL Perempuan, Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA), Asosiasi Pendamping Perempuan Usaha Kecil (ASPPUK), Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW), dan Koalisi Perempuan Indonesia (KPI). Pelatihan ini dilakukan di 15 provinsi dan 29 kabupaten/kota, mulai dari Agustus hingga Desember 2021. Pada tahap awal pelaksanaannya, pelatihan dilakukan di Balai Desa dengan melibatkan Pemerintah Daerah dan lembaga masyarakat.
Pelatihan kewirausahaan ditargetkan pada perempuan rentan yang terdiri dari perempuan penyintas kekerasan, perempuan penyintas bencana, dan perempuan kepala keluarga. “Pelatihan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat berwirausaha pada perempuan rentan, menjadikannya calon wirausaha, kemudian naik kelas menjadi wirausaha pemula, dan pada akhirnya menjadi wirausaha mapan. Sehingga perempuan rentan tersebut dapat mandiri secara ekonomi, dan dapat berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan keluarganya,” ungkap Lenny.
Adapun pelatihan kepemimpinan perempuan di perdesaan memberikan pembekalan soft skill pada para perempuan bertujuan untuk meningkatkan peran perempuan perdesaan dalam proses pengambilan keputusan di desanya secara keseluruhan. Pelatihan kepemimpinan ini menyasar pada perempuan potensial di perdesaan seperti tokoh, penggerak, atau perempuan yang memiliki pengaruh di desa.
Lenny menekankan pentingnya komitmen, dukungan, serta sinergi semua pihak mulai dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga desa, lembaga masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan lainnya dalam memperluas cakupan dan mereplikasi pelatihan tersebut. Tujuannya agar semua perempuan rentan dan perempuan di perdesaan dapat aktif berkiprah dan memaksimalkan potensi diri, keluarga, hingga desa nya. “Mari bergandengan tangan mewujudkan Indonesia yang ramah perempuan dan layak anak. Semoga hal tersebut bisa kita wujudkan melalui hadirnya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak yang ditandai melalui pelatihan kewirausahaan berperspektif gender bagi perempuan rentan dan pelatihan kepemimpinan perempuan perdesaan,” tutup Lenny.
Pada acara ini, Direktur Keluarga, Perempuan, Anak, Pemuda, dan Olahraga Kementerian PPN/Bappenas, Woro Srihastuti menegaskan untuk mendukung pelaksanakan poin ke-5 tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yaitu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, dapat dilakukan dengan memperkuat kewirausahaan perempuan yang berspektif gender dan kepemimpinan perempuan di perdesaan.
“Hal ini tentunya harus dilaksanakan dengan memastikan prinsip no one left behind (tidak ada yang tertinggal). “Kami mendukung permberdayan ekonomi, tapi harus fokus pada kelompok rentan. Disinilah pentingnya data terpilah untuk memastikan tidak ada satupun kelompok rentan yang tertinggal,” jelas Woro.
Selain itu, Woro juga menekankan pentingnya integrasi gender atau gender awareness pada seluruh pihak, pentingnya penguatan penyusunan anggaran yang responsif gender, pemberdayaan perempuan secara komprehensif dan terpadu, serta pentingnya kolaborasi multipihak.
Direktur Institut KAPAL Perempuan, Misiyah menceritakan praktik terbaik KAPAL Perempuan dalam melakukan pendampingan pelatihan kewirausahaan bagi perempuan rentan dan kepemimpinan perempuan perdesaan. Di antaranya saat mendampingi salah satu perempuan dari Desa Motong Betok, Kabupaten Lombok Timur, Paoziah yang berhasil memanfaatkan dana desa untuk menyelenggarakan workshop pencegahan dan penanganan perkawinan anak, workshop kepemimpinan perempuan dalam kebencanaan, serta mengadvokasi dana desa 2022 untuk biaya operasional pos pengaduan.
Sekretaris Eksekutif Asosiasi PPSW, Fitriani Sunarto menyoroti kontribusi dari pelatihan kewirausahaan berspektif gender bagi pembangunan daerah dan nasional. Menurut Fitri pelatihan tersebut dapat meningkatkan pendapatan perempuan itu sendiri, membuat anak perempuan dapat melanjutkan pendidikan hingga ke perguruan tinggi minimal SMA sehingga mencegah terjadinya perkawinan anak, kualitas pangan juga tersedia dengan baik, serta turut menurunkan angka stunting, meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi, memperluas kesempatan kerja bagi perempuan sehingga mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kemampuan teknologi untuk meminimalisasi kekerasan berbasis gender melalui teknologi.
BIRO HUKUM DAN HUMAS
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK
Telp.& Fax (021) 3448510
e-mail : humas@kemenpppa.go.id
website : www.kemenpppa.go.id