INFORMASI PUBLIK

Menteri PPPA Tekankan Pentingnya Kualitas Pengasuhan untuk Penuhi Hak Anak

Siaran Pers Nomor: B-350/SETMEN/HM.02.04/09/2021

 

Jakarta (23/9) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga mengatakan pemenuhan hak dasar anak tidak dapat dipisahkan dari kualitas pengasuhan. Meskipun pengasuhan merupakan tanggung jawab orangtua, tetapi pada kenyataannya, di dalam keluarga perempuan menjadi manajer dan pengasuh utama bagi anak-anaknya.

“Sayangnya potensi luar biasa perempuan pada kesejahteraan keluarga dan kemajuan bangsa tersebut belum diimbangi dengan partisipasi dan pembagian peran yang setara dan seimbang. Hingga kini perempuan masih dianggap sebagai kelompok rentan yang mengalami berbagai perlakukan salah, seperti stigmatisasi, stereotype, marginalisasi, hingga diskriminasi. Kerentanan perempuan ini bukan disebabkan karena dirinya lemah, melainkan karena konstruksi sosial patriarki yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki. Maka dari itu, upaya pengarusutamaan gender dan pemberdayaan perempuan untuk mendukung partisipasi aktif perempuan harus dapat dilaksanakan,” ujar Menteri Bintang dalam Wisuda Motherschool: Parenting for Peace secara virtual, Kamis (23/9).

Menteri Bintang menambahkan dukungan lingkungan di sekitar perempuan merupakan faktor penting untuk mendorong peran ibu dalam pendidikan dan pengasuhan anak. “Dengan demikian, kami jajaran Kemen PPPA sangat mengapresiasi inisiasi sekolah pengasuhan oleh Tanoker Ledokombo Indonesia dan Women without Borders Austria. Tidak hanya memberikan akses informasi dan pengalaman berharga bagi para pesertanya, tetapi juga memberikan komunitas yang suportif bagi para ibu untuk menjadi lebih tangguh dalam mendukung pengasuhan yang berkualitas,” tutur Menteri Bintang.

Lebih lanjut, Plt. Deputi Bidang Partisipasi Masyarakat Kemen PPPA, Indra Gunawan mengatakan Motherschool yang telah dilaksanakan di Jember dan Bondowoso merupakan sebuah model atau contoh baik yang dapat diimplementasikan di daerah lain. “Mudah-mudahan ini nantinya tidak hanya di Jember atau Bondowoso saja, tetapi bisa disebarluaskan juga ke seluruh desa yang ada di Jawa Timur dan juga di Indonesia,” ungkap Indra.

Founder dan Executive Director Women without Borders, Edit Schlaffer mengatakan perempuan adalah guru pertama dalam kehidupan anak sehingga ibu yang kuat akan melahirkan anak-anak yang kuat dan tangguh pula. “Melalui Motherschool para perempuan yang mengikuti pembelajaran saling bekerja sama untuk membangun kepercayaan diri dan keterampilan dalam mengasuh anak untuk mendukung anak-anak, terutama yang sudah mencapai usia remaja menemukan potensi mereka,” ujar Edit.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, Andiyanto meminta para perempuan yang telah mengikuti kelas Motherschool agar membagikan ilmu yang telah didapatkannya dengan memanfaatkan media sosial. Terlebih, saat ini terdapat perempuan yang harus menjadi kepala keluarga karena suaminya meninggal akibat Covid-19. “Terhadap merekalah barangkali para perempuan yang telah mengikuti pembelajaran di Motherschool dapat lebih memberikan perhatian dan kepedulian, di dalam menyebarkan informasi mengenai bagaimana cara pengasuhan yang terbaik untuk anak-anak kita,” tutupnya.

 

 

 

 

BIRO HUKUM DAN HUMAS

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

DAN PERLINDUNGAN ANAK

Telp.& Fax (021) 3448510

e-mail : humas@kemenpppa.go.id

website : www.kemenpppa.go.id